Sebelumnya aku sama saja seperti remaja zaman sekarang. Lebih senang dengan urusan duniawi, menghabiskan waktu menatap layar hp atau notebook untuk sekedar melihat Time Line twitter atau blog, membalas sms yang sebagian besar hanyalah omong kosong belaka. urusan akhirat memang tidak pernah kutinggalkan, namun hanya sekedar “menggugurkan kewajiban” ibadah bukan sebagai kebutuhan. Sebagai pemuda muslim aku sadar bahwa menjalankan shalat di masjid itu hukumnya wajib. Tetapi tetap saja sering aku hiraukan.
Hingga suatu saat kesadaran membimbingku melangkah ke masjid dekat rumahku. Pada saat itu adzan dzuhur berkumandang. Waktu dimana matahari sedang terik teriknya bersinar, waktu yang paling kusegani untuk keluar rumah, namun entah mengapa saat itu terasa lain.
Kulangkahkan kakiku menuju Masjid Baitul Rahman dan kulihat pemandangan yang cukup menyayat hati. Hanya ada lima orang termasuk aku yang ada didalamnya, jumlah yang sangat sedikit untuk masjid yang cukup besar ini. Dalam hati terpikir hanya empat orangkah yang setia menghidupkan masjid ini? Terkecuali aku, karena aku jarang sekali ke masjid pada waktu selain maghrib.
Lepas dari pemikiran itu kemudian seorang kakek mengumandangkan iqomah dengan suara paraunya. Hati ini semakin tersayat, mengapa bukan pemuda yang melakukannya, mengumandangkan adzan serta iqomah dengan suara yang lantang. Setelah iqomah dilanjutkan dengan sholat dzuhur berjamaah, ma’mum hanya bertambah dua orang hingga akhir sholat. Total hanya ada tujuh orang termasuk imam yang melaksanakan sholat dimasjid ini.
Mungkin pemandangan seperti ini sama saja dengan di masjid manapun, dan orang lain menganggap sebagai hal yang biasa. Tetapi bagiku ini menyakitkan, tanda akhir zama telah muncul. Dimana masjid masjid dibangun megah namun sedikit jamaahnya. Hanya menandakan kekosongan umat.
Mulai saat itu aku berjanji pada diriku, Rumah Allah akan menjadi rumahku juga. Aku akan selalu melaksanakan shalat lima waktu dimasjid, serta menghidupkan masjid semampuku. Meskipun berat rasanya karena rasa malas yang sering membayangi, aku selalu menghentikan sementara kegiatanku untuk melaksanakan sholat dimasjid terlebih dahulu.